Galeri Foto Istimewa - detikFood Kamis, 19 Sep 2019 2200 WIB Jakarta - Sirip ikan hiu salah satu makanan yang terbilang mahal, dan sudah ada sejak dulu. Akan tetapi prosesnya yang dianggap menyiksa hewan, kerap menimbulkan kontra Perburuan sirip hiu atau shark finning, masuk ke dalam makanan paling kontroversial di dunia. Mirip seperti pembuatan foie gras, sirip hiu ini dianggap menyiksa ikan hiu dengan cara yang kejam. Foto Istimewa Perburuan sirip hiu yang tidak memiliki peraturan, membuat populasi ikan hiu semakin menurun. Tingginya harga jual di pasaran, membuat banyak orang semakin tertarik untuk mengambil sirip ikan hiu ini. Foto Istimewa Sirip ikan hiu merupakan salah satu boga bahari atau makanan dari laut yang paling mahal. Kisaran harga jualnya mencapai $400 Rp 5,632,460 per kilo nya. Foto Istimewa Pemotongan sirip hiu secara paksa, membuat efek samping yang serius pada ikan hitu sendiri. Para hiu jadi kesulitan berenang, hingga tak mampu berburu untuk mencari makan. Foto Istimewa Banyak juga ikan hiu yang setelah semua siripnya diambil, dilepaskan begitu saja ke lautan, hingga akhirnya mati di dasar laut. Foto Istimewa Meski masuk ke dalam kuliner yang disukai banyak orang. Tapi praktik perburuan sirip hiu ini mendapatkan banyak kecaman dari berbagai pihak, banyak negara yang mulai melarang peredaran sirip hiu ini. Foto Istimewa Sirip hiu ini masih menjadi makanan yang digemari di China, biasanya diolah menjadi sup, dengan harga yang tinggi. Foto Istimewa Banyak pasar tradisional di China, yang masih menjual sirip ikan hiu ini dengan bebas. Ditaruh di dalam wadah being, sirip ikan hiu yang sudah dikeringkan ini memiliki harga yang berbeda-beda. Foto Istimewa Begini tampilan sirip hiu jika sudah dirubah menjadi sup. Setidaknya ada 26 hingga 73 juta ikan hiu yang ditangkap setiap tahunnya hanya untuk diambil sirinya saja. Foto Istimewa Meski populasinya terus menurun, tapi dikabarkan perburuan sirip ikan hiu ini masih tinggi. Foto Istimewa
Ilegal Ratusan Sirip Hiu Ditemukan di Restoran dan Siap Jadi Makanan. Ada ratusan sirip hiu diamankan dari sebuah restoran di Texas. Sirip hiu ini rencananya akan diolah menjadi makanan, padahal hiu termasuk hewan yang dilindungi. detikFood Jumat, 10 Jul 2020 13:30 WIB Sirip Hiu Dijual Bebas di Hong Kong dan China, Hati-hati Bahaya Merkuri!
Hiu, dikenal sebagai ikan ganas penghuni lautan yang berada di puncak rantai makanan. Namun keganasan ikan hiu ternyata masih kalah dengan keganasan kita, manusia. Nelayan sering memburu ikan besar ini untuk diambil siripnya, karena sirip ikan hiu memiliki harga yang mahal di pasaran. Negara Asia seperti Tiongkok dan Taiwan merupakan konsumen hiu terbesar hiu umumnya diolah menjadi sup yang disajikan dalam acara-acara khusus seperti pernikahan dan tahun baru. Restoran-restoran mahal di negara tersebut juga berlomba-lomba menyediakan berbagai macam menu olahan dari sirip ikan hiu yang lezat. Sup sirip hiu menjadi makanan mewah dan berkelas dan tentu saja memiliki harga yang sangat apa penyebab orang Tiongkok sangat menyukai sup sirip hiu ini? Ternyata masyarakat Tiongkok mempercayai bahwa mengkonsumsi ikan hiu sangat bermanfaat dalam peremajaan kulit, peningkatan nafsu makan, pembentukan energi, kesehatan ginjal, paru-paru, tulang dan beberapa bagian tubuh lainnya Khasiat sirip hiu telah tertulis dalam buku-buku kesehatan kuno Tiongkok sehingga masyarakatnya sangat gemar terrbaru telah berhasil membuktikan khasiat sirip tersebut. Peneliti dari Maryland Medical Center telah membuktikan bahwa sirip hiu dapat memicu pembentukan tulang rawan sehingga bermanfaat dalam penyakit-penyakit kelainan tulang rawan. Selain itu peneliti dari American Cancer Society sedang mengembangkan obat kanker yang berasal dari sirip khasiatnya yang sangat baik bagi tubuh dan memiliki rasa yang lezat, serta jumlahnya yang tidak melimpah menjadikan harga sirip hiu di pasaran sangat mahal. Harga sirip basah berkisar antara Rp. 500 ribu hingga Rp. juta per kilonya. Untuk sirip kering dapat dihargai dua kali lipat dari harga basah. Seekor hiu bisa menghasilkan 1 hingga 2 kg sirip, bahkan bisa lebih tergantung ukuran harganya yang mahal, perburuan sirip hiu marak terjadi dimana-mana, bahkan di Indonesia. Nelayan besar biasanya akan menagkap hiu, memotong siripnya dan membuang dagingnya ke laut karena daging hiu berharga murah. Hal inilah yang menyebabkan populasi hiu terus menurun dan beberapa bahkan terancam punah.
JamurKancing atau jamur kompos adalah salah satu spesies jamur yang bisa dikonsumsi atau dimakan oleh manusia. Jenis jamur yang mempunyai payung bundar seperti kancing saat masih kuncup ini memang masih kalah familiar atau terkenal dibandingkan jamur tiram, jamur merang, atau jamur kuping.Tapi di banyak Negara khususnya di wilayah Eropa, jamur ini menjadi bahan pangan yang dikenal orang-orang.
- 10 seafood di bawah ini termasuk punya harga paling mahal di dunia. Mulai dari tuna sirip biru sampai ikan buntal. Terdapat alasan tertentu kenapa seafood tersebut mahal, seperti kelangkaan maupun cara mengolahnya yang butuh keahlian juga 5 Buah Paling Mahal di Jepang, Ada Melon Seharga Ratusan Juta Dilansir dari First We Feast, berikut 10 seafood paling mahal di dunia dan tempat untuk mendapatkannya. 1. Tuna Sirip Biru Bluefin Tuna Harga dollar Amerika Serikat per pon dihargai senilai 1,76 juta dollar Amerika Serikat pada tahun 2013 Asal Tokyo, Jepang Kiyoshi Kimura, pemilik restoran sushi dengan banyak cabang merupakan pemegang rekor pembelian tuna sirip biru. Tuna King, sebutan bagi Kiyoshi, menghabiskan uang senilai 1,76 juta dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 250 juta pada 2013 untuk beli tuna sirip biru. Ikan tersebut dapat dimakan di restoran khusus yang ada Jepang. Tuna sirip biru merupakan jenis ikan yang paling mahal, tetapi hal itu tidak menghentikan orang Jepang untuk memakannya. Walaupun persediaan menurun, warga Jepang dilaporkan mengonsumsi lebih dari setengah dari pasokan sirip biru dunia. 2. Sup Ikan 'Buddha Jump Over The Wall' Harga 108 pounds 169,86 dollar Amerika Serikat Asal Kai Mayfair, Inggris Saat musim dingin dan hujan, warga London dapat menikmati sup ikan paling mahal di dunia ini. Untuk dapat menikmatinya, harus siapkan budget Rp 2,5 juta-an. Restoran Kai Mayfair di London, Inggris, telah membuat hidangan ini dengan semua hasil laut terbaik. Di antaranya abalon, jamur bunga Jepang, teripang, kerang kering, bahkan sirip hiu. Untuk mempersiapkan hidangan mewah ini diperlukan waktu khusus. Pastikan untuk memberi tahu restoran setidaknya lima hari sebelumnya kalau ingin memesan sup ini. 3. Kaviar Almas Almas Caviar PIXABAY/MICHAEL WEBER Ilustrasi caviar, telur ikan yang harganya mahal. Harga pounds dollar Amerika Serikat Asal The Caviar House & Prunier, Inggris Kaviar sejak lama menjadi raja makanan bagi kaum borjuis, tetapi The Caviar House & Prunier di Inggris benar-benar meningkatkan harganya. Pelanggan dapat menikmati telur ikan terbaik yang disajikan dalam kaleng emas 24 karat seharga Rp 360 juta-an. Caviar House & Prunier adalah satu-satunya restoran di dunia yang menawarkan Almas Caviar. 4. Samundari Khazana Curry Harga pounds dollar Amerika Serikat Asal Bombay Brasserie, Inggris Samundari Khazana’ atau harta karun hidangan laut’ dibuat sebagai hidangan satu malam yang luar biasa. Makanan khas London ini berisi kepiting Devon, truffle putih, kaviar Beluga, dan lobster Skotlandia yang dilapisi emas yang dapat dimakan. Baca juga Perjalanan Lobster dari Ransum Narapidana sampai Jadi Makanan Mewah Agar hidangan ini semakin meningkatkan selera, mungkin bisa ditambahkan empat abalon, empat telur puyuh, dan kaviar. Chef Prahlad Hedge menciptakan hidangan ini sebagai penghargaan untuk film Slumdog Millionaire yang sangat sukses pada 2009. 5. Tiram King Coffin Bay PIXABAY/YING-PIN PAO Ilustrasi tiram. Harga 100 dollar Amerika Serikat per tiram Asal Coffin Bay, Australia Jika ingin meningkatkan pengalaman menikmati tiram, coba pergi ke Coffin Bay, yang dipanen di sana berukuran panjang 18cm dan beratnya mencapai 1kg, menjadikannya yang terbesar di dunia. Tiram jenis ini secara tradisional disajikan mentah dengan irisan lemon. Tiram Coffin Bay dihargai senilai 100 dollar Amerika Serikat atau Rp 1,5 juta-an per potong. Dengan harga segitu, membuat kamu merasa bak seorang sultan. 6. Baby Eel Harga pounds per pon Asal Amerika Serikat Eropa dan Asia telah mendominasi pasar ikan eksotis, Amerika Serikat memiliki berliannya sendiri yang lezat, yaitu belut bayi baby eel. Harganya saja sekitar Rp 36 juta per pon. Seafood ini dianggap sebagai spesies yang terancam punah di banyak bagian dunia. Baby eel bisa ditangkap dan dinikmati di kota pesisir seperti Maine dan Portland. Akibatnya, harga ular laut ini meningkat secara dramatis, menjadikannya item yang dicari oleh pencinta seafood. 7. Lobster Frittata Dok. Pixabay/MP1476 Ilustrasi lobster. Harga dollar Amerika Serikat Asal Norma di Le Parker Meridien Hotel, Amerika Serikat Frittata adalah hidangan yang tampaknya sederhana, tetapi Norma’s at Le Parker Meridien Hotel di New York City mengubah hidangan ini menjadi menu istimewa. Harga lobster frittata di sini seharga dollar Amerikat Serikat atau Rp 14 juta-an yang baru saja diambil sampelnya sebanyak 12 kali. Sepiring menu istimewa ini berisi campuran enam telur, daging lobster, dan 10 ons kaviar Sevruga, menu ini dinamai "The Zillion Dollar Lobster Frittata". Jika tidak sanggup menghabiskannya dalam porsi besar, hotel ini menawarkan porsi kecilnya seharga 100 dollar Amerika Serikat atau Rp 1,5 juta-an. 8. Lobster Fourchu Harga sekitar 20 dollar Amerika Serikat per pon Asal Aquabest NYC, Amerika Serikat Krustasea langka ini dijuluki "Rolls Royce of Lobster". Seafood ini berasal dari desa kecil bernama Fourchu di Pulau Cape Breton, Nova Scotia dan telah mempunyai penggemar setia. Dorothy Cann Hamilton, pendiri International Culinary Center, mengatakan jenis lobster ini adalah jenis terbaik di dunia. Harganya sekitar 20 dollar Amerika Serikat atau Rp per pon. Jika Anda ingin mencoba lobster ini, Anda harus membuat janji terlebih dahulu sebab lobster Fourchu hanya tersedia selama 10 minggu dalam setahun Mei-Juli dan terjual dengan cepat. 9. Pie mewah Posh Pie Harga dollar Australia dollar Amerika Serikat Asal The Lord Dudley Hotel, Australia Koki Australia Paul Medcalf membuat pai termahal di dunia untuk merayakan pencapaian tonggak sejarah Groupon dalam menjual dua juta voucer makanan di Australia. “Posh Pie” diolah dengan konsep surf-and-turf / konsep menggabungkan makanan laut dengan daging merah. Hidangan ini berisi potongan daging sapi premium, dua lobster batu Australia Barat, truffle Musim Dingin Hitam, dan taburan serbuk emas Jerman 23 karat. Harganya kira-kira dollar Amerika Serikat atau Rp 136 juta-an. 10. Ikan Buntal Fugu SHUTTERSTOCK/ENDLESSZ Ikan buntal atau fugu puffer fish di pasar Kuromon, jenis ikan beracun. Harus diolah dengan sangat hati-hati terutama untuk menghilangkan bagian beracunnya. Harga 280 dollar Amerika Serikat Asal Jepang Ikan buntal fugu seperti dikenal lezat oleh masyarakat Jepang. Namun, fugu termasuk jenis ikan yang mematikan karena kandungan racunnya. Pengolahan ikan ini harus dilakukan oleh koki bersertifikat yang telah menjalani pelatihan khusus. Oleh karena itu, harga ikan ini menjadi mahal sekitar Rp 4 juta per sajian. Baca juga Mengolah Ikan Buntal, Chef di Jepang Harus Punya Sertifikasi Khusus Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Bajurenang yang baik kan memang harus lentur agar kulit tidak iritasi. 7. Dapat Diolah Menjadi Sop Hiu. Sirip ikan hiu merupakan organ yang dapat di olah menjadi makanan laut yang mempunyai nilai jual tinggi. Misalnya sop ikan hiu yang banyak di cari, harganya tergolong mahal namun banyak yang mencari.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Badal NOAA cak menjumlah sirip hiu sitaan Perburuan sirip hiu ialah pengungsian maupun pemotongan kepet dari ikan hiu yang masih hidup. Lauk hiu lalu dilepaskan kembali ke laut. Beberapa negara telah melarang praktik ini dan hanya mengizinkan seluruh jasad lauk hiu dibawa ke pelabuhan sebelum siripnya dipotong. Hiu yang dikembalikan ke laut kerumahtanggaan kondisi tanpa sirip tak mampu mengalir secara efektif, dan mereka akan tenggelam ke bawah laut dan meninggal karena bengek akibat tekanan air laut internal yang tinggi, atau dimakan makanya predator lain. Perburuan kepet hiu dijadikan sumber pendapatan alternatif bagi kapal pengail karena sirip hiu bersifat ringan, bermatra kecil, namun n kepunyaan harga yang adv amat jenjang. Selain itu, hiu kembali terkadang menjadi tangkapan sampingan secara tidak sengaja..[1] Perburuan sirip hiu meningkat sepanjang dekade ini karena peningkatan permintaan terhadap kepet hiu untuk dijadikan sup sirip hiu dan perunding-obatan tradisional Cina. Kelompk spesialis hiu dari International Union for Conservation of Nature menyatakan bahwa perburuan sirip hiu telah melebar dan berkembang cepat, terutama karena perdagangan sirip hiu tidak diatur dalam kanun, menjadikannya masalah serius bikin populasi hiu di dunia.[2] Diperkirakan perdagangan sirip hiu setiap tahunnya bernilai antara US$540 juta[1] hingga US$ miliar.[3] [4] Sirip hiu merupakan salah satu boga bahari yang paling mahal di marcapada, yang dihargai sekitar US$ 400 masing-masing kg.[2] Pendirian [sunting sunting sumber] Dampak [sunting sunting sumur] Sreg individu hiu [sunting sunting sumber] Pada populasi hiu [sunting sunting sumber] Tatap pula [sunting sunting sumber] Referensi [sunting sunting sumur] Pranala luar [sunting sunting sendang] Sirip Hewan Yang Dapat Diolah Menjadi Makanan Mahal Adalah Pendirian [sunting sunting sumber] Target sirip pada perburuan kepet hiu Hampir setiap sirip menjadi target perburuan sirip hiu, diantaranya kepet dorsal, sirip pectoral, kepet pelvis, sirip anus, dan sirip caudal. Aktivitas perburuan kepet hiu memotong hiu ketika hiu masih berada di air.[5] Fragmen tubuh lainnya dari hiu tidak memiliki skor jual nan pangkat dibandingkan dengan siripnya, dan massanya cukup raksasa sehingga tubuh hiu akan dibuang lagi ke laut, sering kali dalam keadaan masih hidup. Nelayan tidak akan menjumut daging hiu demi menyediakan urat kayu lebih banyak di atas kapal bagi sirip hiu lainnya.[6] Tipe hiu yang sering diburu siripnya ialah[7] [8] Carcharhinus limbatus Prionace glauca Carcharhinus leucas family Sphyrnidae Lamna nasus Isurus oxyrinchus Carcharhinus plumbeus family Alopiidae Galeocerdo cuvier Carcharodon carcharias Dampak [sunting sunting sumur] Sreg individu hiu [sunting sunting sumber] Pemotongan sirip hiu boleh berhasil fatal untuk kemampuan berenang hiu. Dengan hilangnya kemampuan berenang, hiu menjadi tidak berlambak mengejar dan menghindar dari predator. Beberapa tipe yang dikenal dengan obligate ram ventilators harus terus bergerak bagi mengalirkan air melalui mulut ke insangnya. Tanpa kemampuan berenang, hiu tersebut akan mengalami asfiksia.[10] Pada populasi hiu [sunting sunting sumber] Sebuah studi mengumpamakan bahwa antara 26 setakat 73 juta ikan hiu ditangkap setiap tahunnya untuk siripnya saja.[11] BBC melaporkan bahwa 100 juta ikan hiu ditangkap di seluruh dunia lega periode 2012.[12] Sedangkan WWF menyatakan bahwa hiu diburu setiap dua momen demi penyajian sup sirip hiu.[13] Hiu termasuk hewan yang bersemi, sampai ke usia kedewasaan seksual, dan memiliki lampias reproduksi yang lambat.[14] Sifat ini menjadikan mereka rentan terhadap penangkapan ikan plus. Tanggal dari besaran populasi, jumlah spesies hiu telah berkurang sebanyak 80% sepanjang 50 waktu keladak.[15] Beberapa organisasi menyatakan bahwa tangkapan dalih ketidaksengajaan menangkap hiu ketika menargetkan iwak enggak merupakan faktor terdepan turunnya populasi hiu, dan pasar sirip hiu mempunyai dampak yang lebih boncel terhadap penerjunan populasi hiu. Tangkapan sampingan cacat kian berkontribusi puas 50% hiu yang tertangkap oleh nelayan.[6] Pihak lain menyatakan bahwa pasar radai hiu kerjakan sup sirip hiu menjadi penyebab utama runtuhnya keberagaman hiu.[15] Tatap pula [sunting sunting sumber] Daftar masalah lingkungan CITES Pemutusan capit yuyu Penangkapan ikan sesak Referensi [sunting sunting sumur] ^ a b Clarke, Shelley; Milner-Gulland, Bjorndal, Trond 2007. “Social, Economic, and Regulatory Drivers of the Shark Fin Trade”. Marine Resource Economics. Marine Resources Foundation. 22 3 305–327. Diakses rontok 3 April 2012. ^ a b Buckley, Louis 2007. The End of the Line PDF. WildAid. hlm. 21. Diarsipkan berasal versi ikhlas PDF terlepas 2018-01-28. Diakses copot 2013-09-09 . ^ Geoffrey York 2003-08-27. “Shark Soup”. The Globe and Mail. Diakses tanggal 8 Januari 2007. ^ Peter Gastrow 2001. “Triad Societies and Chinese Organised Crime in South Africa”. Institute for Security Studies. Diarsipkan dari versi nirmala tanggal 2011-06-09. Diakses tanggal 8 Januari 2007. ^ Fowler, S. & Seret, B. 2010. Shark fins in Europe implications for reforming the EU finning Lin. Plymouth and Burnaby, BC European Elasmobranch Association and IUCN Shark Specialist Group ^ a b “Sharks”. WildAid. Diarsipkan dari versi ceria rontok 2006-05-21. Diakses tanggal 6 January 2007. ^ Spiegel, Jessica. “Even Jaws Deserves to Keep His Fins”. BC education. Diarsipkan dari versi masif copot 2012-01-04. Diakses tanggal 2011-12-14 . ^ Vannuccini, S 1999. “Shark utilization, marketing and trade. FAO Fisheries Technical Paper. No. 389. Rome, FAO”. Diarsipkan dari versi nirmala tanggal 2017-08-02. Diakses tanggal March 17, 2009. ^ Pollard D and Smith A 2009. “Carcharias taurus“. IUCN Red List of Threatened Species. Version International Union for Conservation of Nature. Diakses copot March 2013. ^ William J. Bennetta 1996. “Deep Breathing”. Diarsipkan berpokok varian kudus rontok 2007-08-14. Diakses tanggal 2007-08-28 . ^ Clarke, Shelley C.; McAllister, Murdoch K.; Milner-Gulland, E. J.; Kirkwood, G. P.; Michielsens, Catherine G. J.; Agnew, David J.; Pikitch, Ellen K.; Nakano, Hideki; Shivji, Mahmood S. 2006. “Global estimates of shark catches using trade records from commercial markets”. Ecology Letters. 9 10 1115–1126. doi ISSN 1461-023X. ^ BBC UK news item transmitted 5th March 2013 ^ “Ahok Berencana Buat Perda Larangan Konsumsi Sirip Hiu di Jakarta”. Saat. 9 September 2013. ^ Pauly, D.; Biery, L. 2012. “A global review of species-specific shark-fin-to-body-mass ratios and relevant legislation”. Journal of Fish Biology. 80 5 1643–1677. doi ^ a b Laura Marquez 2006-10-30. “Rising Demand For Fins Contributes To Decline In Shark Population, Critics Charge”. Lambang bunyi News. Diarsipkan berbunga versi steril tanggal 2007-11-02. Diakses tanggal 8 January 2007. Pranala luar [sunting sunting sendang] Mendunia Shark Campaign by the Pew Environment Group. Shark DNA Helps Catch Poachers at the Smithsonian Ocean Portal Decline of Big Sharks Lets Small Predators Decimate Shellfish, Washington Post. March 2007 Triple Threat World Fin Trade May Harvest up to 73 Million Sharks per Year Diarsipkan 2012-10-03 di Wayback Machine., research published in Ecology Letters, September 2006 Shark Finning Fact sheet at In Search of Credibility & Cooperation in Shark Conservation Diarsipkan 2006-10-09 di Wayback Machine. at Diarsipkan 2013-06-19 di Wayback Machine. Decimating Shark Population for Some Soup at ABC News Fisherman holds shark fin by The Smithsonian Institution Ocean Portal How Sharks Have Paid the Price for Demand for Shark Fin Soup by The Voice of America’s Special English Branch. Shark Truth Diarsipkan 2012-01-22 di Wayback Machine. – a grassroots nonprofit dedicated to promoting awareness, education and action about shark fin soup in the Chinese community
Berikutini adalah 5 contoh hewan paling mahal dalam sejarah manusia. Burung Merpati. Daging perut merupakan bagian tubuh tuna yang harganya paling mahal karena bagian tersebut bisa diolah menjadi bahan baku sushi, makanan khas Jepang. Di pasar lelang ikan setempat, melihat orang-orang saling berlomba mengajukan harga tinggi untuk membeli
Ikan hiu adalah ikan predator yang memiliki fungsi tegas untuk menjaga ekosistem di lautan luas. Keberadaannya menandakan bahwa ekosistem laut sedang dalam kondisi baik. Jika populasi ikan yang terkenal ganas itu menurun, maka bisa dipastikan akan turun pula kualitas ekosistem laut di sekitarnya. Fakta tersebut sudah diketahui dan dipahami oleh pecinta lingkungan, dan juga para pegiat alam yang ada di dunia. Tak terkecuali, bagi World Wildlife Fund WWF Indonesia yang fokus mengkampanyekan penyelamatan hiu di Indonesia dan di dunia. Coral Triangle Program WWF Indonsia Wawan Ridwan, dalam sebuah kesempatan di Jakarta, Rabu 25/1/2017, menjelaskan, sebagai hewan predator, hiu bisa dengan mudah menyeleksi apa saja yang harus dimakan dan apa yang tidak. “Pada umumnya, hiu itu makan ikan-ikan yang lemah dan dalam kondisi sakit. Kemudian, hiu juga akan memangsa ikan dalam populasi yang besar. Karena itu, hiu bisa mengatur sendiri,” ucap dia. Wawan mengatakan, jika hiu mengalami penurunan signifikan jumlahnya, maka dipastikan akan memengaruhi ekosistem laut. Kondisi itu, dipastikan akan terjadi di seluruh wilayah perairan di dunia. Wawan mencontohkan, di Tasmania Australia, ada fenomena menarik tentang penurunan populasi hiu di kawasan tersebut yang diketahui sebabnya oleh perburuan secara masif. Karena penurunan tersebut, ekosistem di lautan Tasmania terancam kualitasnya. “Hiu itu di sana memakan gurita, dan gurita ini memakan lobster. Nah, karena jumlah gurita yang sangat banyak, dan hiu sudah semakin berkurang, maka gurita semakin bebas memangsa lobster. Akibatnya, lobster langsung menurun drastis populasinya,” ucap dia. Perdagangan ikan hiu di TPI Pelabuhan Tanjung Luar, Lombok Timur, NTB pada Minggu 16/02/2014. Foto LPSN Lombok Timur Sunda Banda Sea scape and Fisheries Leader WWF Indonesia Imam Mustofa berpendapat sama dengan Wawan Ridwan. Menurut dia, keberadaan hiu mutlak dibutuhkan oleh lautan dan itu berarti laut tidak akan hidup jika hiu tidak ada. “Nggak ada hiu, nggak ada laut. Hiu adalah salah satu hewan top predator,” jelas dia. Bukti bahwa hiu mengontrol ekosistem di laut, menurut Imam, bisa dilihat dari pertumbuhan terumbu karang. Jika terumbu karang bisa tumbuh dengan baik, maka dipastikan hiu masih banyak jumlahnya di sekitar perairan tersebut. “Terumbu karang ini adalah tumbuhan. Itu kotoran terumbu karang dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan-ikan kecil kemudian dimakan oleh hiu. Nah, bisa dibayangkan jika hiu tidak ada, ikan mana yang mau makan kotoran terumbu karang?” papar dia. Perayaan Imlek Identik dengan Hiu? Terus menurunnya populasi hiu di dunia, menurut Imam Mustofa, adalah karena perburuan masif yang dilakukan oleh manusia. Meski hiu adalah top predator di laut, kata dia, namun manusia adalah top predator di bumi. “Jadi, hiu itu terkenal ganas, tapi tidak ada bandingannya jika melihat keganasan manusia,” sebut dia. Undangan perayaan imlek di Hotel Tentrem Jogja dengan menu sirip hiu. Foto Tommy Apriando Salah satu perburuan hiu yang terus dilakukan, menurut Imam, adalah untuk diperjualbelikan dan kemudian dijadikan makanan yang dijual dengan harga mahal. Jenis makanan yang dimaksud, salah satunya adalah sup sirip ikan hiu yang biasa disajikan dalam perayaan hari raya Imlek. “Biasanya, saat Imlek, itu yang dicari adalah sirip hiu yang akan dimasak jadi sup. Selain dimasak sendiri, ada juga yang diolah oleh restoran,” jelas dia. Banyaknya yang berburu ikan hiu untuk diambil siripnya dan dikonsumsi pada saat perayaan Imlek, menurut Imam, merupakan hal yang harus dipertimbangkan. Hal itu, karena hiu jumlahnya akan terus menyusut jika siripnya diambil. “Hiu itu kalau siripnya diambil dan dilepas kembali ke laut, kecil kemungkinan hidup. Jadi, populasinya terancam terus menyusut jika sup sirip hiu masih terus disajikan di perayaan seperti Imlek,” tutur dia. Imam menguraikan, dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, jumlah hiu terus mengalami penyusutan. Dari 73 juta ton permintaan hiu secara global, dia menyebut, 109 ribu ton diantaranya berasal dari pasokan hiu Indonesia. Itu berarti, Indonesia menyumbang 15 persen pasokan secara global. “Yang miris, hiu di Indonesia itu ditangkap sebagai sampingan. Jika ikut tertangkap bersama ikan lain, ya itu akan diambil. Jika ada yang mau beli, akan dijual, jika tidak ya bisa dikonsumsi atau dikembalikan ke laut,” ujar dia. Foto Petrus Riski Untuk pusat konsumsi hiu di Indonesia, Imam menyebut Jakarta dan Surabaya sebagai pusat penyebarannya. Di dua kota tersebut, permintaan hiu dari waktu ke waktu terus ada dan jumlahnya tidak sedikit. “Dari hasil monitoring selama 2013 sampai 2016, memang penjualan hiu terus turun. Namun, pada 2016, sirip hiu yang tersaji di menu makanan jumlahnya mencapai kg atau porsi per tahun,” ungkap dia. Kampanye Puasa Hiu Agar jumlah hiu bisa kembali stabil, Imam Mustofa meminta konsumen untuk berhenti sementara mengkonsumsi sirip hiu. Penghentian tersebut, bisa dilakukan melalui perayaan Imlek yang biasanya menghabiskan sirip hiu sangat banyak di seluruh dunia. “Puasa dulu hiu saja. Kita kan paham bahwa ikan itu diciptakan untuk dimanfaatkan. Hiu ini bukan tidak boleh dikonsumsi, tapi harus peka terhadap populasinya. Jika memang sudah turun, berhenti dulu konsumsi,” ucap dia. Kampanye berhenti mengkonsumsi sirip hiu tersebut, juga diungkapkan Dharmadi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Pustlitbangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP. Menurut dia, bukan saja karena jumlahnya yang terus menurun, mengkonsumsi hiu juga hingga saat ini belum terbukti memberi manfaat lebih untuk tubuh. “Yang ada, justru tubuh bisa terancam jika mengkonsumsi sirip. Hal itu, karena dalam hiu terdapat merkuri dengan jumlah yang cukup tinggi,” ungkap dia. Sebuah proses pembersihan sirip hiu yang sudah siap jual di Cilacap, Jawa Tengah. Foto Australian National Fish Collection, CSIRO Jika merkuri itu masuk ke dalam tubuh manusia melalui hiu, Dharmadi memaparkan, itu akan menyebabkan gangguan dan kerusakan pada otak. Dan bahkan, jika paparan merkuri jangka panjang masuk ke dalam tubuh manusia, maka itu bisa mengakibatkan kelumpuhan. Dalam semangkuk daging hiu atau setara dengan 40 gram, Dharmadi menjelaskan, ternyata ada kandungan merkuri di ambang batas yang ditetapkan WHO dibawah kadar ppm. Oleh karena itu WWF-Indonesia mengajak industri jasa makanan dan perhotelan di Indonesia untuk mengambil peran dalam gerakan konservasi global dan beralih dari produk berbahan dasar hiu dalam hidangannya. Dalam lima tahun terakhir, gerakan global untuk menghilangkan segala bentuk sajian berbahan dasar hiu mendapatkan momentum besar dengan lebih dari properti jaringan hotel internasional yang melarang penyajian masakan berbahan dasar hiu. Jaringan Hongkong Shanghai Hotel, Shangri-La Hotel, Hilton dengan lebih dari propertinya, Starwood Hotel di jaringannya, Intercontinental Hotel Group di hampir jaringan hotelnya, Carlson Rezidor dengan lebih dari properti, dan Marriot International di hampir properti hotelnya telah mengumumkan larangan penyajian hiu sejak tahun 2012. Menurut perhitungan WWF, sedikitnya properti jaringan hotel di dunia tidak lagi menyajikan hidangan berbahan dasar hiu. “Menghilangkan hiu dari rantai makanan mengganggu keseimbangan ekosistem laut, yang dampaknya akan bermuara pada manusia,” ujar Andy Cornish, Shark & Ray Initiative Leader, WWF International. “Banyak jaringan hotel internasional telah memahami ancaman serius dari konsumsi sirip hiu kepada ekosistem laut. Namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Sekarang kami mengajak seluruh pihak di sektor jasa makanan yang belum mengambil tindakan serupa untuk bergabung dalam gerakan global ini dengan menghargai dan menjaga laut kita.” Mitos Sirip Hiu dalam Imlek Pakar Kuliner dan Budaya dari Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia, Aji Bromokusumo, dalam kesempatan yang sama, menyebut, besarnya konsumsi sirip ikan hiu dalam perayaan Imlek di seluruh dunia, karena ada kepercayaan yang dalam kebudayaan Tionghoa. “Salah satunya, orang Tionghoa itu percaya, dengan makan sirip hiu, maka mereka bisa menunjukkan kemampuan finansial kepada orang-orang. Selain itu, dalam tradisi kuno, sirip hiu juga mewakili kemakmuran, panjang umur dan keemasan,” papar dia. Selain mewakili unsur kemakmuran, Aji menambahkan, ada kepercayaan masyarakat Tionghoa yang meyakini bahwa sirip ikan hiu memiliki berbagai manfaat kesehatan untuk meningkatkan kesehatan kulit, gairah seksual, menambah energi, mencegah penyakit jantung, dan menurunkan kolesterol. “Khasiat tersebut mungkin terjadi, karena kandungan kolagen dalam sirip ikan ikan hiu dianggap kaya kolagen padahal di ceker ayam juga ada kolagen, di cingur juga ada. Jadi, saya kira hanya mitos,” tandas dia. Karena melihat itu hanya mitos, Aji tidak keberatan jika WWF dan pegiat lingkungan menyerukan para penikmat kuliner untuk mengganti menu sirip hiu dalam perayaan Imlek. Menurutnya, permintaan itu tidak sulit, karena masih ada menu lain yang tidak kalah enak dan memiliki khasiat bagus untuk kesehatan. “Hidangan khas Imlek haruslah mewakili tiga hal, yakni bisa berjalan di darat, terbang di udara, dan berenang di air. Menyajikan tiga hal di atas sebagai rasa syukur supaya usaha lancar. Bisa diwakili dengan bebek atau ayam, daging babi, dan ikan. Sirip hiu bukanlah suatu keharusan sama sekali sebagai ucapan rasa syukur. Jadi nggak perlu sirip hiu,” pungkas dia. Artikel yang diterbitkan oleh
4syQj. 7m35narvtl.pages.dev/3557m35narvtl.pages.dev/6097m35narvtl.pages.dev/117m35narvtl.pages.dev/8527m35narvtl.pages.dev/2237m35narvtl.pages.dev/4847m35narvtl.pages.dev/6467m35narvtl.pages.dev/4517m35narvtl.pages.dev/17m35narvtl.pages.dev/3567m35narvtl.pages.dev/7327m35narvtl.pages.dev/2657m35narvtl.pages.dev/3027m35narvtl.pages.dev/4997m35narvtl.pages.dev/146
sirip hewan yang dapat diolah menjadi makanan mahal adalah